Arsip : Pelatihan Pengelolaan Pesisir Terpadu Di Mangrove Information Center (MIC) Bali

Dalam Kerangka
Pelaksanaan Program Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia
Denpasar, 12 S/D 15 Januari 2004

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang : Kondisi Lapangan Bali

Sejak tahun 1927 Pemerintah Hindia Belanda telah menetapkan kawasan hutan di Bali menjadi hutan produksi dengan luas areal mencapai 1.392 Ha berdasarkan SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 28 tanggal 29 Mei 1927 yang dilanjutkan dengan pemancangan batas pada tahun 1934.

Setelah terjadi penggunaan kawasan di Benoa Bali sebagai areal pertambakan seluas +/- 306 Ha sejak tahun 1974, pemerintah selanjutnya mengembalikan fungsi kawasan tersebut menjadi Kawasan Hutan Lindung dan Taman Wisata berdasarkan SK Menhut No.095/Menhut-II/1988. Terakhir disempurnakan dengan SK Menhut No.544/Kpts-II/1993 tentang Tahura Ngurah Rai.

Dengan adanya kerusakan hutan mangrove sebagai akibat perubahan fungsi hutan yang berlebihan dan semakin parah dari tahun ke tahun, Departemen Kehutanan mengantisipasinya dengan memulai Proyek Pengembangan Pengelolaan Hutan mangrove Berkelanjutan yang dibantu oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) pada tahun 1992-1999. Proyek ini menggali kemungkinan-kemungkinan investasi untuk mendukung aktivitas rehabilitasi dan pengelolaan hutan mangrove, dimana salah satunya berupa penanaman hutan mangrove seluas 253 Ha.

Untuk mendistribusikan teknik-teknik unggulan yang dikembangkan oleh proyek tersebut diatas kepada masyarakat, dirasa perlu adanya penguatan system penyuluhan dan peningkatan aktivitas pengelolaan hutan secara berkelanjutan yang diwujudkan dalam bentuk Proyek Pusat Informasi mangrove yang dimulai pada 15 Mei 2001 hingga 14 Mei 2004.

Saat ini luas hutan mangrove di Propinsi Bali meliputi +/- 7.034,07 Ha yang tersebar di 6 kabupaten dan +/- 1.373,05 Ha lahan mangrove di Denpasar pengelolaannya diserahkan kepada Tahura Ngurah Rai.

Selain itu pada tahun 1970, pemerintah meminta bantuan Centrale pour l’Equipement Touristique Outre-Mer (SCETO) untuk memberikan saran master plan dalam pengembangan pariwisata di Bali. Dimana kawasan yang direkomendasikan untuk pengembangan resort yang dapat meminimalisasi dampak dan pengaruh turisme terhadap kultur masyarakat Bali adalah kawasan Nusa Dua. (Nusa Dua – nama lokal yang diberikan masyarakat Bali untuk daerah pesisir di selatan Bukit Peninsula Bali, yang menggambarkan terdapatnya dua pulau kecil di pesisir tersebut)
Pada tahun 1973 berdasarkan Nusa Dua Master Plan yang dikeluarkan oleh Pasific Consultans International, pemerintah menugaskan Bali Tourism Development Corporation (BTDC) untuk melaksanakan rencana tersebut. Proyek terbesar di Bali tersebut akan mengelola infrastruktur di areal seluas 300 hektare yang meliputi areal pembibitan tanaman, ketenagalistrikan, instalasi pengolahan limbah cair yang terintegrasi dengan system penyediaan air yang dikelola secara modern, system irigasi dan drainase, jaringan telekomunikasi dan jalan raya.

Instalasi pengolahan limbah cair tersebut diatas dikenal dengan sebutan Nusa Dua Eco Lagoon, yang penataannya mampu mengkontribusi keindahan alam, turut melindungi habitat varietas mangrove yang terdapat dalam ekosistem pesisir dan tempat yang aman bagi persinggahan migrasi burung.

B. Gambaran Umum

Kecenderungan rusaknya ekosistem hutan tropis, menurunnya keanekaragaman hayati dan berkurangnya sumberdaya hutan kawasann DAS Teluk Balikpapan semakin meningkat. Hal ini karena adanya pemanfaatan ruang dikawasan teluk dan pesisir untuk berbagai kepentingan seperti pembangunan pusat-pusat perkotaan dan pelayanan masyarakat, bisnis industri dan usaha ekonomi lainnya yang terus bertambah.

Apabila kegiatan-kegiatan diatas dilakukan secara tidak rasional dan kurang memperhatikan aspek kelestarian, tidak berwawasan lingkungan dan tidak transparan, tidak dilakukan secara partisipatif, maka akan terjadi kerusakan dan pencemaran baik di daratan, aliran-aliran sungai, pesisir dan lautan di Teluk Balikpapan.

Berdasarkan konsep Pengelolaan Pesisir Terpadu / Integrated Costal Management (ICM) selanjutnya secara operasional kegiatan implementasi ini direalisasikan melalui kegiatan terpadu dalam penanganan isu di kawasan teluk terutama untuk kasus mangrove dan tambak yang terkait dengan isu lain seperti erosi sedimentasi, pencemaran, kebijakan dan kelembagaan yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Terpadu.

C. Tujuan dan Sasaran

Tujuan pelatihan dilaksanakan dalam rangka :
1. Tukar pengalaman tentang pelaksanaan pengelolaan hutan mangrove dan pesisir dengan Propinsi Bali dan kendala-kendala yang dihadapi.
2. Menjaring masukan dari daerah Bali tentang system penataan hutan bakau dan pesisir yang dilakukan.
3. Mengenal dan mengetahui proses perencanaan dan program pengelolaan mangrove dan pesisir.

Sasaran pelatihan :
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pelatihan adalah terselenggaranya pengelolaan mangrove yang terarah, partisipatif dan terpadu berdasarkan konsep dan strategi yang berkelanjutan.



BAB II
PROSES PELATIHAN

A. Hasil Kunjungan Lapangan

Dalam Pembahasan Materi dan hasil pengamatan selama proses pelatihan sepenuhnya didasarkan pada kenyataan lapangan di Bali. Dalam hal ini terdapat beberapa hasil-hasil sebagai berikut :

a. Kawasan Mangrove

Jika pada tahun 1992-1999 proyek ini berorientasi pada teknis-teknis penanaman, penyulaman dan rehabilitasi mangrove. Pada tahun 2001-2004 Pusat Informasi Mangrove diperkuat secara kelembagaan dalam hal kemampuan untuk melaksanakan aktivitas yang akan memberikan kontribusi bagi promosi untuk pengelolaan ekosistem hutan mangrove yang berkelanjutan. Atau dengan kata lain peningkatan proses penyadaran masyarakat terhadap pentingnya hutan mangrove. Untuk mencapai tujuan itu, MIC membentuk beberapa seksi, yaitu : Seksi Perencanaan, manajemen, Pelatihan, Penyuluhan, Ekowisata, Penelitian dan informasi, Pendidikan Lingkungan dan Persemaian. Saat ini area persemaian (Nursery) yang dimiliki seluas 7.700 m3.

Pengelolaan Hutan Mangrove di Bali selama ini disokong pendanaannya oleh Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) sejak tahun 1992 dan oleh Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kehutanan. Sedangkan dukungan dari Pemerintah Propinsi Bali bersifat non financial. Cepatnya upaya pemulihan yang dilakukan di Bali terutama didukung pula oleh budaya masyarakat Bali yang memiliki instrument hukum adat yang disebut “awig-awig”, selain itu masyarakat telah terbiasa untuk mencari penghidupan dari unsur pariwisata yang menjadi sumber devisa paling tinggi bagi Propinsi Bali, sehingga habitat mangrove hanya sedikit mengalami gangguan tangan manusia.

Penggalangan, pembelajaran tentang lingkungan hidup mangrove dilakukan dengan pola partisipasi, yaitu penyemaian bibit mangrove oleh pihak-pihak pemangku kepentingan, pendidikan melalui sekolah-sekolah dan pembukaan akses ke hutan mangrove melalui pendekatan ekowisata.

Dengan luas areal yang dikelola 253 Ha, hutan rehabilitasi mangrove ini dilengkapi pula dengan jembatan kayu (trail) sepanjang 1,5 kilometer, 4 buah pondok peristirahatan (hut) dan 1 unit floating deck yang berfungsi sebagai tempat pengamatan terhadap makhluk lumpur dan tanaman mangrove berdasarkan pola pasang naik dan pasang surut air permukaan.
Jembatan kayu yang ada sangat memudahkan dalam pengawasan maupun untuk keperluan pengamatan habitat botani maupun hewani. Penelitian secara cermat telah menetapkan bahwa setidaknya jenis-jenis hewan yang ditemukan hidup dikawasan ini adalah kepiting (17 jenis), Reptil Biawak, Kerang, Burung dari jenis Whrimbel, Kuntul, Pacific Golden Plover, Trinil, Dara Laut maupun Tekukur. Selain itu tentunya jenis-jenis mangrove yang ada dicatat dan didata seluruhnya terdapat 13 jenis mangrove mayor dan 9 jenis mangrove minor, untuk memudahkan pengamatan dan penelitian.

Didalam area hutan mangrove ini penduduk masih bisa melakukan kegiatan ekonomi, diantaranya adalah budidaya kerang yang dilakukan disela-sela tanaman mangrove, maupun penangkapan ikan di alur-alur sungai yang ada. Seluruh kegiatan masyarakat tersebut dilakukan hanya atas perjanjian lisan dan tidak dikenakan beban biaya apapun kecuali komitmen yang dibangun secara bersama-sama. Pengenaan sangsi terhadap pelanggaran cukup melalui desa adat yang memiliki instrument hukum “awig-awig”.

Hal menarik lainnya adalah terdapatnya jenis Mangrove yang bersifat toxic. Jenis mangrove ini dengan nama local Buta Buta dapat tumbuh didaerah tropis khatulistiwa dan berada pada lahan yang cenderung kering basah. Berkembangnya suatu pemikiran untuk membudidayakan jenis mangrove Buta Buta ini untuk menjadi buffer bagi jenis-jenis mangrove lain guna melindungi dan memberikan kesempatan tumbuh bagi mangrove lain dari gangguan manusia merupakan ide yang patut dipertimbangkan.

Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan kawasan ini adalah alur-alur sungai yang memiliki hulu berada ditengah pemukiman penduduk kota. Kebiasaan penduduk (seperti di banyak kota lainnya di Indonesia) adalah membuang sampah ke sungai-sungai menyebabkan terjadinya konsentrasi sampah yang cukup besar di hilir sungai yang berada di tengah hutan mangrove. Efek negative akibat sampah yang sebagian besar bersifat non degradable ini adalah terjadinya penumpukan pada ujung-ujung akar seperti Sonnetaria alba yang berpengaruh pada terhambatnya supply udara melalui akar-akarnya yang berbentuk pensil. Jika terjadi secara terus menerus akan menghambat pertumbuhan pohon dan lambat laun akan mematikannya. Adapun efek positif yang mungkin timbul dengan adanya tanaman bakau adalah terhambatnya laju aliran sampah ke laut dan pesisir akibat tersangkutnya sampah-sampah tersebut pada akar-akar mangrove. Sehingga penanganan sampahpun dapat dikonsentrasikan hanya di daerah aliran sungai yang melalui hutan mangrove tersebut.

Kawasan mangrove yang telah dikembangkan selama lebih dari 10 tahun ini memang belum memasuki tahap komersil. Namun penataannya menunjukkan kesiapan sebagai salah satu obyek tujuan wisata yang didukung dengan telah berkembangnya Pulau Bali sebagai daerah tujuan wisata baik domestic maupun internasional.

b. Instalasi Pengolahan Limbah

Instalasi pengolahan air limbah domestic yang dikelola Bali Tourism Development Corporation (BTDC) ini adalah instalasi yang menangani seluruh limbah cair yang disalurkan dari Resor-resor, Villa, Spa, Apartement, Hotel, restaurant, swimming pool, Shopping Center dan Lapangan Golf yang dikelola secara terpadu dalam areal Nusa Dua. Kawasan ini tidak memperkenankan adanya pengelolaan secara independent terhadap segala bentuk limbah cair. Sehingga tugas tersebut hanya ditangani oleh BTDC yang menyiapkan seluruh jaringan bawah tanah guna pengumpulan limbah, pengolahan dan pendistribusian kembali seluruh keperluan air baku guna penyiraman tanaman, keperluan lapangan golf dan lain-lain yang ada di kawasan Nusa Dua. Konsep penanganan yang ramah lingkungan pada kolam air limbah selanjutnya disebut eco-lagoon. Yang mengindikasikan tingginya kualitas lingkungan hidup yang dapat diselenggarakan oleh instalasi ini. Pada kolam pengolahan air limbah terakhir dapat dipadukan dengan wisata pemancingan dan wisata alam. Dimana saat ini banyak terdapat populasi burung-burung yang menjadikan kawasan ini sebagai tempat peristirahatan selama perjalanan migrasi burung-burung tersebut.

Kebutuhan air bersih untuk semua fasilitas fisik dipenuhi dari PDAM. Pertimbangan tidak diperkenankannya pembuatan sumur bor oleh hotel-hotel di Bali karena hal tersebut akan mempengaruhi volume air bersih bagi masyarakat. Hotel tentunya membutuhkan air bersih dalam jumlah banyak, sehingga masyarakat sekitar pasti akan terkalahkan dan terjadi kelangkaan air bersih bagi masyarakat.Karena itu Hotel-hotel di Nusa Dua Bali harus menggunakan air PDAM yang bersumber dari sungai.

Daerah lain yang menjadi obyek kunjungan adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) limbah padat yang menggunakan area berdampingan dengan kawasan hutan bakau Benoa. Luas area TPA ini pada awalnya kurang lebih 30 Ha, saat ini telah terjadi peluasan areal menjadi 50 Ha. Lahan yang digunakan adalah lahan potensial habitat mangrove, namun demikian kebijakan pemerintah Propinsi Bali telah menjadi ketetapan dalam pemanfaatan kawasan ini.

c. Kawasan Reklamasi

Daerah yang menjadi tujuan kunjungan lapangan berikutnya adalah Pulau Serangan yang pada tahun 1996 direklamasi oleh BTDC dan terhenti sejak 1997 karena krisis ekonomi.
Kegiatan reklamasi yang meliputi ratusan hektar ini ternyata tidak disertai kajian lingkungan yang mendalam, sehingga menimbulkan beberapa dampak negative diantaranya :

1. Rusak dan hilangnya ekosistem rumput laut dan habitat penyu yang ada di pesisir Pulau Serangan.
2. Rusaknya terumbu karang akibat proses reklamasi yang menggunakan material urugan berasal dari pasir laut.
3. Terjadinya efek abrasi terhadap Pantai Sanur yang potensi ekonomi kepariwisataannya lebih besar.
4. Tidak adanya sumber kegiatan ekonomi bagi penduduk desa Serangan karena lahan hasil reklamasi yang tidak cocok untuk pertanian. Selain itu daerah tersebut tidak menjadi daerah tujuan wisata, sehingga kegiatan perekonomian masyarakat di bidang UKM tidak berkembang. Satu-satunya mata pencaharian masyarakat setempat adalah menjadi nelayan di laut lepas Selatan Bali yang berombak besar.

Dampak besar dari kegiatan reklamasi ini menimbulkan kemarahan masyarakat Bali yang berujung pada berlakunya hukum adat kepada pemerintah masa itu yang dipimpin oleh Gubernur Ida Bagus Oka. Dimana pada masa akhir hayatnya, beliau tidak diterima oleh masyarakat Bali dan jasadnya tidak boleh dikebumikan di Pulau Bali.

Selanjutnya upaya Pemerintah Bali yang telah dilakukan untuk mengatasi dampak negative kegiatan reklamasi tersebut antara lain :

1. Mengupayakan kerjasama dengan tenaga ahli di bidang lingkungan melalui Bapedal Bali walaupun terkendala dengan minimnya pendanaan.
2. Membangun grow-in pada sisi kiri-kanan daerah reklamasi dengan maksud mengiliminir laju abrasi akibat perubahan pola arus dan gelombang yang menghantam Pantai Sanur. Selain itu di Pantai Sanur pun dilakukan pula pembangunan grow-in.

Obyek wisata Pantai Sanur, yang menjadi tujuan kunjungan lapangan berikutnya, memiliki karakterisitk unik. Yaitu terdapatnya dua pasir pantai yang berbeda. Pasir hitam menunjukkan adanya proses sedimentasi pesisir yang berasal dari daratan dalam jumlah yang besar. Dimana sungai besar yang membawa pasir dari letusan gunung Api Agung yang kaya besi dan berwarna hitam, mengalir hingga ke Pantai Sanur.
Sedangkan disisi lain Pantai Sanur terdapat pasir putih yang berasal dari hancuran terumbu karang yang terbawa arus gelombang laut. Hal ini menunjukkan bahwa proses asal laut sangat dominan sehingga sedimen asal laut lebih banyak dan berwarna putih.
Untuk mencapai wilayah pasir putih, dapat ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang tepi pantai yang telah difasilitasi sarana pejalan kaki yang menggunakan cone block. Sehingga sesuai hakekatnya maka daerah ini menjadi sarana public yang bebas biaya/gratis.

Sanur yang pada awalnya merupakan desa nelayan mengalami perubahan kultur masyarakat menjadi masyarakat pariwisata. Perahu-perahu yang dahulunya berfungsi sebagai transportasi penangkap ikan berubah menjadi perahu hias dan disewakan untuk keperluan turisme. Selain itu di Pantai yang hingga saat ini terdapat 8 desa disekitar Sanur dan semuanya merupakan desa adat, kini telah pula dilengkapi dengan sarana olahraga dayung menggunakan perahu-perahu dayung yang terbuat dari fiberglass. Perahu tersebut dapat disewa dari penduduk-penduduk setempat.

Di Bali Beach Hotel, yang merupakan bangunan pertama di Bali yang melanggar aturan adat larangan tinggi bangunan melebihi tinggi pohon kelapa, penanganan limbah cair telah disempurnakan dengan membuat saluran pembuangan dan tangki pengolahan. Pantainya telah pula dilengkapi dengan grow-in untuk mencegah abrasi pantai yang terus berlangsung.
Walaupun tidak berhubungan nampaknya masyarakat Bali percaya bahwa gempa yang merusakkan bangunan Bali Beach Hotel beberapa tahun lalu, merupakan pertanda yang diyakini perlunya keseimbangan alam dalam memaduserasikan bangunan-bangunan dengan lingkungan sekitarnya di Pulau Bali.

B. Hasil Pemaparan dan Diskusi

Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen dalam pemaparannya menjelaskan arti penting Pesisir Indonesia yaitu :

1. Sekitar 30% Hutan mangrove dan Terumbu Karang Dunia ada di Indonesia.
2. Sekitar 85% SD Ikan berasal dari Perairan pesisir.
3. Sekitar 60% Penduduk Indonesia hidup di wilayah Pesisir
4. Sekitar 42 kota dan 181 Kab. Terletak di wilayah Pesisir
5. Kontribusi sektor kelautan terhadap PDB nasional sekitar 20,5%
6. Sektor kelautan menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja secara langsung.

Sedangkan dimensi ekologis pesisir adalah :

1. Sebagai sumber Daya Alam (sumber daya ikan, Mangrove, Terumbu Karang dll)
2. Penyedian jasa-jasa pendukung kehidupan (sumber aiar besih, tempat budidaya
3. Penyediaan jasa-jasa kenyamanan (Tempat rekreasi, Pengembangan Pariwisata)
4. Penerima Limbah (Penampungan Limbah dari aktifitas dari darat dan laut).

Keterkaitan lahan atas (DAS) dan pesisir

1. Penghubung antara daratan di hulu dan wilayah pesisir
2. Penghantar bahan pencemar dari hulu ke pesisir
3. Dampak yang terjadi di hulu juga dirasakan di pesisir karena peran DAS.

Pentingnya Pengelolaan pesisir terpadu atau Pengelolaan Komprehensip

1. Perhatian mendalam dan menyeluruh SDA yang unik
2. Optimalisasi Pemanfaatan serbaaneka ekosistem dan SDA pesisir dan laut
3. Integrasi ekologis, social ekonomi dan budaya lainnya
4. Peningkatan pendekatan interdisiplin dan koordinasi antar sector dalam masalah pesisir.

Mengapa dibutuhkan pengelolaan pesisir terpadu

1. Untuk menjamin keberlanjutan pemanfatan sumber daya dan perlindungan lingkungan pesisir
2. Untuk meminimalisir dan meresolosi konflek beragam terhadap sumber daya pesisir
3. Untuk meningkatakan koordinasi lintas sektoral/ bidang dalam perencanaan dan pengelaolan
4. Untuk mengedepankan kebijakan fungsional
5. Untuk mereduksi resiko terhadap masayarakat terhadap ekosistem
6. Untuk menciptakan investasi lingkungan.

Isue-Isue utama Pengelolaan Pesisir

1. Kurangnya pengetahuan dann pemahaman tentang sumber daya pesisr dan proses-proses yang terkait dengan keberadaannya
2. Undervaluasi sumber daya pesisir dan laut
3. Lemahnya pemberdayaan masyarakat pesisir dan penguna sumber daya pesisir dan laut
4. Kurang jelasnya kewenangan legal dan kerangka kerja perencanaan ICM.
5. Lemahnya kapasitas kelembagaan untuk ICM
6. Kurangnya keterpaduan antar program.

Pengembangan Terumbu Buatan

1. Pada dasarnya adalah habitat baru dalam ruang laut dan penyediaan lapisan substrat bagi kawasan makanan ikan, krustasea dan moluska.
2. Terumbu buatan adalah struktur atau kerangka yang sengaja dipasangkan ke dalam laut yang ditujukan sebagai tempat perlindungan dan habitat bagi organisme laut atau sebagai pelindung pantai.
Beberapa model terumbu buatan yang direkomendasikan antara lain :

1. Modul Terumbu Bambu, 3 bulan efektif habitat dapat segera tumbuh namun bahan cepat rapuh.
2. Modul Terumbu Ban, 6 bulan efektif akan menjadi habitat ikan. Sangat sesuai untuk lokasi yang terlindung dari angin dan arus laut yang lemah.
3. Modul Hong Concrete (beton), 1 tahun efektif berperan dalam pengumpul ikan, penumbuh terumbu dan pelindung pantai. Sangat sesuai dengan lokasi yang terbuka dan arus laut kuat. Dimana 1 unit concrete terumbu memiliki bobot 5 ton.

Ada 4 prinsip dalam konservasi mangrove yang harus diketahui :

1. pola Wanamina Empang parit : dipinggiran air dan ditengah mangrove, mempunyai kelemahan karena pintu air satu maka semua daun-daun terkumpul dan mempengaruhi empang (20% empang dan 40% mangrove)
2. Pola 1 yang disempurnakan : ada dua pintu air, satu untuk air empang dan satu untuk mangrove, sehingga tidak terjadi komunikasi air mangrove dan empang, sehingga saat terjadi perubahan musim, kedua pintu dapat diatur (kapan dibuka dan ditutup).
3. Pola Komplangan ; Empang dan Mangrove dipisah tetapi air tetap dihubungkan dengan porsi 20 dan 80 persen. Investasi model ini lebih mahal dan hasilnya lebih sedikit. Karena itu pilih 2 sangat baik karena investasi murah dengan hasil yang baik.

Untuk daerah pertambakan jika daerah tidak ada mangrove maka digunakan fungsi sempadan (300 meter). Khusus di Jakarta ada dua masalah : sampah dan masyarkat komersial. Masalah masyarakat dengan pendekatan diskusi dengan masyarakat hingga masyarakat sadar bahwa daerah mereka perlu bakau. Untuk menahan ombak dibangun apo untuk memecah gelombang. Apo bersayap sehingga berfungsi juga sebagai grow-in. Dibelakang apo dibangun buis yang berisi bakau.

Selengkapnya.....

Perjalanan mengikuti The 7th CHINA-ASEAN Expo di Nanning, Guangxi - China

a) Latar Belakang

Kegiatan eksport dan import baik yang bersumber dari produk industri, hasil hutan maupun hasil tambang lainnya yang dilaksanakan melalui Kota Balikpapan serta perkembangan investasi industri, jasa dan pariwisata masih menunjukkan trend yang fluktiatif.
Sejak awal disadari bahwa dalam jangka panjang Balikpapan tidak dapat sepenuhnya bergantung kepada Industri Migas, karena merupakan Sumber Daya Alam yang tidak terbaharui (non renewable). kita harus mencari alternatif sebagai basis ekonomi yang baru untuk jangka panjang yaitu Sektor Industri Non Migas yang mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi (manufacture) yang berbasis pada bahan baku lokal (local resource base).
Sehingga situasi fluktiatif dari kinerja eksport yang demikian serta kebutuhan akan munculnya investasi-investasi pada basis ekonomi yang baru dengan mengembangkan kawasan industri khususnya Kawasan Industri Kariangau merupakan permasalahan yang harus dicermati sehingga dapat dipastikan Kota Balikpapan masih membutuhkan banyak sekali investasi untuk membiayai kelangsungan pembangunan di segala bidang.

b) Gambaran Umum

Kegiatan China – ASEAN Expo (CAEXPO) yang merupakan pameran tahunan bertaraf internasional diselenggarakan sejak tahun 2004 dan merupakan hasil kesepakatan pada KTT China-ASEAN ke-7 pada bulan Oktober 2003 di Bali dalam kerangka kerja perdagangan ekonomi China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) yang saling menguntungkan bagi 10 (sepuluh) negara ASEAN plus China. Tahun ini diadakan bersamaan dengan Pertemuan Tingkat Tinggi China – ASEAN yang ditujukan untuk perdagangan komoditas, negosiasi investasi dan jasa. Diselenggarakan pada tanggal 20 – 24 Oktober 2010 di The Nanning International Convention and Exhibition Center, Nanning Guangxi, RRC. Propinsi ini merupakan pintu gerbang dengan negara-negara ASEAN karena berbatasan langsung dengan Asia, khususnya Vietnam. Sehingga kegiatan ini dipandang dapat menjadi sarana yang tepat sebagai media promosi untuk menggerakkan investasi sebagai maksud tersebut diatas.

c) Tujuan dan Sasaran

Adapun maksud dan tujuan dari dilakukannya perjalanan ke Nanning, China adalah dalam rangka tindak lanjut atas undangan partisipasi dari Badan Pengembangan Ekspor Nasional Departemen Perdagangan Pada China ASEAN Expo VII (CAEXPO VII) 20-24 Oktober 2010 Di Nanning Guangxi, China. Sehingga Kota Balikpapan memprogramkan untuk mempromosikan produk/jasa unggulan industri, perdagangan pariwisata serta peluang investasi penanaman modal daerah Kota Balikpapan melalui ajang The 7th China ASEAN EXPO (CAEXPO VII). Sekaligus melaksanakan study komparatif pengembangan kawasan industri yang telah berkembang di Nanning, Guangxi, China.
Sedangkan tujuannya adalah dalam rangka meraih investasi dan membuka peluang ekspor dan memberikan kesempatan terhadap produk/jasa pengusaha Kota Balikpapan untuk diperkenalkan ke mancanegara serta dalam upaya memperkenalkan potensi dan wisata daerah.

d) Perjalanan ke Nanning

Nanning merupakan Ibukota Propinsi Guangxi. Kota terbersih di China dengan penduduk lebih dari 7 juta jiwa ini memang tidaklah setenar Beijing atau Shanghai tetapi merupakan pusat bisnis dan industri yang terus berkembang, yang berperan penting dalam perkembangan ekonomi di kawasan China Selatan. Sebagai pusat bisnis, Nanning memiliki Nanning International Convention and Exhibition Center yang megah. Dengan gedung berbentuk bunga sepatu dengan luas 99.122 meter persegi ini, menjadikan Nanning sebagai tuan rumah tetap bagi penyelenggaran pameran tahunan China-ASEAN Expo. Ini adalah pameran bisnis terbesar yang diikuti perusahaan dari 10 negara anggota ASEAN dan China. Selain itu, Nanning juga menjadi penyelenggara China-ASEAN Business and Investment Summit yang ketujuh. Kontribusi dua perhelatan tersebut cukup signifikan bagi perkembangan Nanning. Banyak kontrak proyek investasi telah disepakati, baik oleh pengusaha lokal maupun dari ASEAN.
Walaupun berkembang menjadi pusat bisnis dan industri, Nanning tidak hanya dijejali gedung pencakar langit. Layaknya sebuah kota metropolitan, Nanning juga memiliki gedung-gedung pencakar langit. Saat ini, ada tujuh gedung dengan tinggi di atas 100 meter. Misalnya, Diwang International Commerce Center setinggi 276 meter yang merupakan gedung tertinggi ke-21 di China dan World Trade Commerce City setinggi 218 meter. Di samping jalan tol menuju bandara Nanning, lingkungan bukit-bukit di Nanning tampak hijau ditumbuhi oleh deretan pohon cemara. Sehingga Naning mendapat julukan Green City.
Lalu lintas di Kota Nanning cukup ramai tanpa kemacetan. Selain mobil, taksi, dan bus, moda transportasi yang cukup mendominasi jalanan adalah sepeda bertenaga listrik. Kota ini memiliki jalur pejalan kaki dengan lebar sekitar lima kali lipat trotoar di Jalan Sudirman, Balikpapan.
Sejumlah hotel berbintang lima juga terdapat di kota ini. Walaupun dirasa masih sedikit stafnya yang mampu berbahasa Inggris. Namun, Pemerintah Kota Nanning sangat total dalam melayani para tamu negara dan pebisnis yang datang ke tempat mereka. Untuk keperluan China-ASEAN Expo, ditempatkan pemandu dan koordinator yang menguasai bahasa dari masing-masing delegasi yang didukung dengan keberadaan universitas di Nanning yang memiliki program studi ASEAN dan bahasa negara-negara anggota ASEAN.
Kemakmuran Nanning terlihat dari belanja masyarakat yang terus meningkat. Data terbaru, pada tahun 2007, penjualan ritel barang konsumsi di Nanning mencapai 51,56 miliar yuan, atau meningkat 18,4% dibandingkan tahun 2006. Angka ini lebih tinggi 1,6% ketimbang rata-rata penjualan ritel nasional China.
Kemakmuran Nanning tidak terlepas dari status Propinsi Guangxi sebagai daerah otonom. Letak Nanning yang sangat strategis ikut menentukan nasib baik kota ini. Nanning berbatasan dengan Vietnam, berdekatan dengan kota industri Guangzhou, juga dekat dengan Hong Kong dan Makau, serta menghadap kawasan Asia Tenggara. Boleh dibilang, Nanning adalah pintu gerbang China ke kawasan Asia Tenggara.
Dalam Rencana Kerja Pemerintah Nanning pada tahun 2009, besar target untuk pengembangan Nanning di bidang ekonomi dan masyarakat meliputi: naik 13% dalam PDB, 18% pendapatan keuangan, 20% kenaikan dalam investasi aset tetap seluruh masyarakat, kenaikan 223% dalam output total seluruh industri; 18% kenaikan penjualan ritel barang konsumen sosial; penurunan sebesar 2% pada konsumsi energi yang digunakan untuk 10 ribu yuan PDB; penurunan sebesar 4% pada debit oksigen yang digunakan untuk kebutuhan bahan kimia dan nol peningkatan emisi belerang dioksida ; 25% kenaikan ekspor dan impor dan meningkat 15% dalam investasi asing langsung; naik 10% pada pendapatan bersih rata-rata per kapita penduduk pedesaan; sekitar 5% kenaikan tingkat total perumahan konsumsi harga; tambahan 60.000 pekerjaan di kota, kurang dari 4,5% dari tingkat pengangguran terdaftar di kota; pertumbuhan alami penduduk kurang dari 10 per seribu.

Di bidang pengembangan Proyek investasi Utama, pemerintah Nanning mencanangkan Proyek infrastruktur perkotaan dan pedesaan berupa :
1. Pengembangan Infrastruktur perkotaan
2. Pengembangan Infrastruktur Pedesaan

Di bidang project industry meliputi :
1. Kampanye dari seratus proyek industry
2. Komersialisasi dan pengembangan proyek perdagangan, dan
3. Proyek pengembangan Real estat

e) Penyelenggaraan Expo

China Asean Expo (Caexpo) ke-7 di Kota Nanning, Guang Xi, China, yang memiliki target transaksi melebihi capaian tahun lalu sebesar US$8,17 miliar dilaksanakan pada 19 hingga berakhir pada tanggal 24 Oktober 2010. Meliputi 15 gedung pamer (hall) dengan 3.360 stand di atas lahan 48.000 meter persegi. Sedangkan jumlah pengunjung dan peserta mencapai lebih dari 200.600 orang. Caexpo ini dilaksanakan setelah China melaksanakan Asean-China Free Trade Area (ACFTA) dengan tujuan Caexpo akan mempromosikan kerja sama Guangxi dengan Asean, sekaligus meningkatkan pertukaran dan kerja sama Guangxi dengan Asean di bidang politik, ekonomi dan budaya.
Pada tahun 2010 ini Sebelas kota yang dipilih sebagai kota persahabatan adalah Qingzhou (Guangxi, Tiongkok), Bandar Seri Begawan (Brunei Darussalam), Kampong Cham (Kamboja), Khammouan (Laos), Malaka (Malaysia), Mandalay (Myanmar), Zamboanga (Filipina), Singapura, Chiang Rai (Thailand), dan Da Lat (Vietnam). Indonesia yang menjadi Negara Kehormatan (Country of Honour) menempatkan Kota Solo sebagai CITY OF CHARM (Kota Persahabatan) dan dianggap layak mewakili wajah Indonesia untuk bersama-sama dengan 70 perusahaan Indonesia, terutama yang bergerak di bidang perdagangan, investasi dan jasa, mengikuti Pameran Dagang China- ASEAN (Caexpo) ketujuh yang dibuka Selasa sore di Zhijin Hall dan dihadiri oleh Wapres Boediono didampingi Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, serta perwakilan PT Pertamina dan PLN.
Seperti halnya Negara-negara ASEAN lainnya (Malaysia, Thailand, Myanmar, Singapura, Brunei Darussalam, Kamboja, Philipina, Vietnam, Laos dan Indonesia), Indonesia menempati Hall 15 Pavilion Commodity yang memiliki luas 3.360m2. Memamerkan antara lain berbagai hasil kreativitas kerajinan tangan dari berbagai daerah, barang tekstil, furnitur, sarang burung walet, hasil pertanian dan industri pariwisata. Sementara itu para peserta dari 10 negara anggota ASEAN plus China memamerkan hasil industri alas kaki, perhiasan bebatuan, barang mesin, alat pertanian serta hasil pertanian.
UKM Indonesia pada umumnya menampilkan produk kerajinan mulai dari pakaian, mebel, makanan/minuman olahan, aksesoris, dan ukiran. Sementara negara-negara anggota ASEAN lainnya dan tuan rumah, Cina berlomba-lomba menampilkan potensi mata dagangan dan investasi mereka, menampilkan produk-produk tradisional seperti barang-barang kerajinan (dari kayu, anyaman, bambu), barang pecah belah, seni ukir, sarang burung walet dan hasil bumi seperti kopi, kakao atau kopra.
Thailand, Malaysia, Vietnam dan Kamboja tampil masing-masing dengan anjungan (paviliun) tersendiri.Malaysia antara lain menampilkan berbagai produk industri farmasi, biofuel dari jarak, makanan kemasan dan juga kursus olahraga golf, sementara Thailand tampil dengan anjungan yang bertemakan "dapur dunia" (kitchen of the world) menampilkan produk agro industri, termasuk aneka ragam makanan kemasan, juga produk tenunan local.
Kamboja, antara lain menawarkan wilayah khusus ekonomi Sihanoukville - lingkungan moderen terpadu termasuk zona industri, pemukiman, perhotelan dan rekreasi. Salah satu stan Kamboja menampilkan produk minuman keras berupa whisky atau bir sangat digemari oleh warga di negeri yang pernah dijajah Perancis itu, sementara stan lainnya menawarkan program pendidikan master yang berafiliasi dengan Universitas Norton di Inggris.
Respons masyarakat China terhadap produk batik di Indonesia sangat tinggi, peluang kerjasama terutama keinginan dari pihak pembeli untuk menjadi agen produk batik, produk hasil pertanian seperti sarang burung walet dari Indonesia cukup banyak khususnya sarang burung wallet yang memiliki harga bersaing dengan Malaysia dan Thailand tetapi untuk menindaklanjuti perlu informasi lebih mendalam karena harus mengetahui dulu karakter calon mitra dagang tersebut
Disamping itu minat masyarakat China terhadap produk furnitur Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan minat pembeli terhadap produk dari Myanmar dan Vietnam, walaupun harga jual produk dari Indonesia lebih mahal.
Kota Balikpapan sebagai salah satu kota peserta dari Indonesia selain Kota Malang, Kabupaten Bogor, Kota Cirebon, Kota Solo, Propinsi Papua Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat, Propinsi Sulawesi Barat, tampil mengisi booth bersama-sama perusahaan swasta nasional lainnya dengan dikoordinir oleh Badan Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan. Kota Balikpapan menempati booth Fashion seluas 3 x 3 m2 yang diisi bersama dengan beberapa stake holder Kota Balikpapan.
Dalam event yang pertamakali diikuti oleh Kota Balikpapan ini, ditampilkan prospek investasi di Kota Balikpapan dalam bentuk leaflet, brosur dan CD interaktif dalam bahasa Mandarin yang berisikan informasi investasi di bidang pengembangan Kawasan Industri Kariangau, pengembangan kawasan Coastal Road dan Pengembangan Kawasan Wisata Terpadu Manggar. Selain itu Kota Balikpapan yang menempati Stand Nomor D11 disemarakkan dengan menyertakan UKM menampilkan produk sandang dan kerajinan aksesories cinderamata khas Kalimantan. Berupa Baju kaos dan Batik khas Kalimantan serta kerajinan manik-manik dan beberapa produk panganan khas Balikpapan.
Selama berlangsungnya pameran, volume transaksi yang terjadi di stand Pemerintah Kota Balikpapan mencapai 10.000 yuan per hari. Dengan kurs mata uang Rp.1.400,- maka selama 6 (enam) hari pameran total transaksi mencapai 60.000 yuan (Rp.84.000.000,-). Prospek ini menunjukkan respon positif atas produk dari UKM Kota Balikpapan. Mengingat keikutsertaan UKM Kota Balikpapan pada ajang internasional kali ini adalah yang untuk pertamakalinya.

f) Peninjauan ke Kawasan Industri, Pusat Bisnis dan Perbelanjaan

Menurut data Cabis, nilai perdagangan China-ASEAN tumbuh 54,7 persen pada paruh pertama tahun 2010, atau lebih tinggi 12 persen dibanding rata-rata perdagangan luar negeri China pada periode yang sama. Ekspor China ke negara-negara anggota Perhimpunan Negara Asia Tenggara (ASEAN) itu meningkat 45,4 persen menjadi 64,6 miliar dolar AS, sedangkan impornya dari ASEAN mencapai 71,9 miliar dolar AS, atau meningkat 64 persen. China mengalami defisit 17,3 miliar dolar AS.
Pada tahun 2010 ini, lima negara mitra utama perdagangan China di ASEAN adalah Malaysia, Singapura, Thailand, Indonesia dan Filipina, dengan persentase pertumbuhan masing-masing, 67 persen, 37 persen, 54 persen, 65 persen dan 52 persen. Adapun neraca perdagangan bilateral Indonesia-China tahun 2010 sampai dengan Agustus mencapai 26,7 miliar dolar AS. Volume perdagangan bilateral tahun 2008 tercatat 22,3 miliar dolar AS, dan tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 16,7 miliar dolar AS.
Pada forum China ASEAN Bisnis Invesment Summit ke 7 yang dilaksanakan bersamaan dengan CAEXPO ke VII ini terdapat lima proyek ditawarkan oleh Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah China. Pemerintah berharap China menanamkan modalnya pada proyek-proyek tersebut sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yang makin baik. Lima proyek tersebut ialah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa Tengah dengan nilai investasi tiga miliar dollar AS, jalur kereta api bandara (Jakarta Soekarno-Hatta Railway) dengan nilai investasi 735 juta dollar AS, suplai air minum di Umbulan, Jawa Timur, senilai 204 juta dollar AS, Tol Medan-Kualanamu senilai 476 juta dollar AS, dan pelabuhan kapal pesiar di Bali dengan nilai 36 juta dollar AS. Sedangkan investasi China di Indonesia tahun 2009 tercatat 65,54 juta dolar AS, di antaranya di bidang migas, sumber daya maupun industri.
Strategi pemerintah Nanning memiliki peran penting dalam kemajuan Nanning. Pemerintah membagi kota ini dalam enam zona pembangunan alias development zone (DZ), Di kawasan ini, pemerintah mengundang investor untuk membangun pabrik. Dengan demikian, selain menyerap banyak tenaga kerja, Kawasan ini juga memberikan pemasukan pajak. Diantaranya yakni Nanning High-Tech Business DZ, Nanning Economic and Technology DZ, Nanning Overseas Chinese Investment Zone, Nanning Qingxiu Mountains Resort Tourism Area, Nanning Xiangsi Lake New Area, dan Nanning Liujing Industrial Park.
Perusahaan Indonesia juga punya peran cukup penting dalam kemajuan Nanning. Di antaranya, Sinar Mas Group yang memiliki pabrik kertas yang sudah beroperasi lima tahun. Mengekspor minyak dan CPO. Juga mendirikan pabrik mi instan. Selain itu terdapat pula perusahaan Gajah Tunggal yang menjalankan bisnis di Nanning.
Dalam kesempatan ini selain melaksanakan peninjauan lapangan ke Wanda Shopping Mall, Shopping mall terbesar di Nanning yang berada di kawasan bisnis terpadu dimana terdapat jembatan penyeberangan yang langsung terpadu dengan Xin Chao Yang Shopping Center, juga melaksanakan kunjungan ke Mingyang Industry Zone, Jiangnan District Nanning, untuk dapat menyaksikan secara langsung perkembangan zone industry tersebut dan untuk mendapatkan informasi yang dapat menjadi masukan bagi pengembangan Kawasan Industri Kariangau di Kota Balikpapan. Di kawasan ini telah berdiri beberapa industry seperti Nanning Natural Fiber Products Co., Ltd., Guangxi Mingyang Biochemistry Science & Technology Co Ltd, Guangxi Mingyang Environmental Protection Paper Matrix Products Company, Limited, Zhong Sheng Dong Tai (Nanning) Nanogene Biotechnology Co., Ltd. Dan lain sebagainya. Yang sangat menarik adalah bahwa di kawasan Mingyang Industry Zone ini terdapat sebuah perguruan tinggi bernama Guangxi Vocational and Technical College serta kantor post china dengan nama China Post. Dua buah sarana pendukung strategis yang cukup berperan penting dalam penyediaan sumber daya manusia dan sarana pengiriman barang hasil produksi barang industry.

g) Pengelolaan Obyek Pariwisata

Kalau Indonesia telah memiliki Sapta Pesona sebagai salah satu motto di sektor pariwista, China juga mengandalkan tujuh daya tarik wisata, yakni kebersihan, keindahan, ketertiban, keramah-tamahan, kenangan, keamanan dan kedamaian -- untuk menggaet wisatawan ke negeri Tirai Bambu tersebut. Sapta pesona di China dapat dirasakan di berbagai tempat, terutama di daerah-daerah wisata serta tempat-tempat pendukungnya, seperti hotel, restauran dan pusat-pusat perbelanjaan.
Dalam upaya melestarikan nilai-nilai sejarah dan budaya yang telah ada sejak ribuan tahun lalu, Pemerintah China memanfaatkan sektor pariwisata dengan mempromosikan tempat-tempat wisata sejarah dan budaya yang didukung dengan unsur-unsur sapta pesona wisata (tujuh unsur daya tarik wisata). Pemerintah China juga menjaga kebersihan mulai dari jalan-jalan di perkotaan dan di pedasaan yang di sisi kiri dan kanannya selalu terdapat pemandangan alam yang indah sampai ke tempat-tempat wisata yang ditata secara apik dan rapih. Sarana transportasi menuju berbagai tempat sangat mudah di dapat dan tertib sehingga memberi kenyamanan bagi para wisatawan yang hendak bepergian ke suatu tempat dengan menggunakan bus, kereta bawah tanah atau taksi.
Di Propinsi Guangxi, khususnya di Kota Nanning, Guilin dan Yang Zhuo, sebuah desa modern dengan denyut perekonomian yang dinamis dan terkenal dengan West Street yang penuh dengan toko cindera mata, yang dahulunya merupakan tempat tinggal orang Eropa. Pengelolaan obyek wisata dilakukan dalam manajemen yang tertata dengan baik. Obyek wisata penyumbang terbesar pendapatan Kota di daerah ini adalah obyek wisata gua stalagmite dan stalagtit di pegunungan kapur dan obyek wisata sungai Li. Di Guilin terdapat Elephant Trunk Hill, yaitu bukit yang menyerupai gajah lengkap dengan belalainya seolah sedang minum dari Sungai Lie. Bukit gajah ini dijadikan simbol resmi kota Guilin. Selain itu terdapat gua reed flute cave. Gua ini pernah dikunjungi oleh Henry Kissinger pada bulan Mei tahun 1979, Juga pernah dikunjungi oleh Presiden SBY pada tahun 2006. Selain itu pengembangan obyek wisata sungai seperti yang dilakukan di sepanjang sungai Li (Lijiang). Dengan penataan sungainya yang dibuat bendungan, kanal dan teknik pencahayaan serta pertunjukan di Lijiang Landscape Theater berupa drama kolosal “Liu San Jie” yang sangat memukau hati dengan panggung di atas Sungai Lie berlatar belakang 12 bukit, hasil karya Zhang Yi Mou (perancang acara pembukaan Olymiade 2008 Beijing yang dimainkan dengan 600 penari yang spektakuler, dan music tradisional membuat Sungai Li memiliki nilai jual kepariwisataan yang mampu menyedot pengunjung setidaknya 1.000.000 juta orang dalam setahunnya. Pemerintah Guilin dalam rangka menjadikan daerah dengan luas 27.809 kilometer persegi ini sebagai salah satu tujuan wisata, memang tidak tanggung-tanggung. Sepanjang jalan utama, taman-taman kota, sungai, jembatan, serta 4 danau yang mengelilingi kota Guilin, yakni Guihu, Ronghu, Shanhu, dan Mulong – dihiasi lampu-lampu putih terang dan warna-warni dengan berbagai bentuk, seperti: bunga, palem, buah, ikan, dan sebagainya. Pagoda yang ada di tengah danau, istana, dan pepohonan di pinggiran danau, hingga bukit-bukit yang ada di tengah kota pun tidak luput dari siraman cahaya. Saat ini di kota Guilin terdapat 28 hotel berbintang, 18 biro perjalanan internasional, dan lebih seribu pemandu wisata bahasa asing. Selama beberapa tahun ini, lingkungan pariwisata di kota Gulin terus diperbaiki. Sekarang 40 rute penerbangan menghubungkan kota Guilin dengan kota-kota besar lain di dalam dan luar negeri.

Selengkapnya.....