Kota Batam
Berbeda dengan kebanyakan kota-kota di Indonesia, Batam memang unik. Kota ini mencakup beberapa pulau, sehingga sebutan daerah ini pun bertambah menjadi Barelang. Kependekan dari Pulau Batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang, yang sekarang dihubungkan dengan jembatan-jembatan. Sungguh sebuah pemandangan yang indah ketika melintasi jembatan-jembatan itu. (Dan ini sangat kontras dengan keinginan warga Balikpapan-Penajam Paser Utara yang berharap daerahnya bisa terhubung dengan jembatan yang katanya akan melintasi Pulau Balang di Teluk Balikpapan.)
Keunikan yang lain adalah jenis kendaraan yang lalu-lalang di jalanan. Menurut supir taxi yang kami tumpangi, kebanyakan kendaraan di Batam adalah ex Singapura atau sebut saja limbah. Limbah kendaraan bermotor ini kondisinya sewaktu masuk ke Indonesia masih "baik" dalam ukuran orang kita. Sehingga model dan jenis kendaraannya menjadi tidak umum seperti kebanyakan kendaraan bermotor di Indonesia pada umumnya. Ada sedan dengan merk Rover, Subaru dan model-model dari merk terkenal namun tidak beredar di Indonesia. Saking mudahnya untuk mendapatkan kendaraan second tahun 1997 keatas, kelihatannya membuat warga Batam malas untuk memelihara kendaraannya. Walhasil kendaraan yang lalu lalang rata-rata terlihat kusam dan jorok karena tak pernah dirawat.
Pilihan lain barulah kami peroleh setelah sempat jalan-jalan keliling kota. Ketemu tempat makan di dekat daerah Bukit Senyum. Rumah Makan Pondok Batam Kuring namanya. Tempatnya asyik dengan penataan yang terkesan alami. Singapura di Depan Mata
Setelah hari keempat tanggal 10 Mei 2008, dengan mengikuti rombongan, aku dapat kesempatan "nyeberang" ke Singapore melalui International Ferry Terminal Batam Center. Karena ini adalah 0ne day visit, Pagi-pagi pukul 06.30 wib sudah harus kumpul di Pelabuhan. Semua diurus pagi itu juga, Fiskal laut untuk ke Singapura besarnya 500.000 rupiah, ticket ferry Batam Fast beayanya 180.000 rupiah. Selesai urusan itu, sambil menunggu waktu keberangkatan jam 07.00 wib, kusempatkan sarapan disalah satu kantin yang tersedia. Ternyata disini juga ada bubur. Sebut saja bubur Batam. tastenya sebenarnya mirip - mirp bubur Bandung. Lumayanlah buat menghangatkan perut yang masih kosong. Apalagi nanti lamanya perjalanan dengan ferry makan waktu 1 jam.
Tiba di pelabuhan Ferry Harbourfront Singapore Cruise Center sekitar pukul 08.00 wib atau jam 09.00 waktu Singapore, sama dengan waktu di Indonesia Tengah. Letaknya di hadapan Sentosa Island. Pemandangannya pun sudah indah dengan bentangan cable way dari Mount Faber & Cable Car Station hingga ke Sentosa Island. Sayang one day visit tak cukup waktu untuk menikmati itu. Di pelabuhan ini kita sudah harus siapkan segalanya, Pasport, mungkin KTP dan... mental. Ya, mental kita sudah diuji pada saat pemeriksaan pasport. Tampang kriminal, norak, kampungan bakal lama urusannya, apalagi kalau sudah disangka TKI. Petugas yang kutemui disini adalah seorang perempuan keturunan India. Belum apa-apa sudah tidak percaya dengan KTP berwarna biru yang kusodorkan. "Berapa lama kamu di Singapore?" syet, dah, kamu.. kamu.. gak sopan banget nih India. "Ini KTP Indonesia? Kenapa tidak kuning?" (sambil menunjuk bagian atas KTP,
maksudnya kenapa tidak seperti kebanyakan KTP di Indonesia yang bagian atasnya di blok dengan warna kuning). "Itu KTP Balikpapan", jawabku. Bolak-balik KTP itu dipelototi sambil ngecek foto yang ada disitu. Memang saat itu aku tidak bawa apa-apa, backpack pun tidak, malah kakipun cuma pakai sandal saja. Selesai dengan urusan si India gombal itu, lalu dengan mengikuti rombongan menuju ke counter money changer, tukar uang, disini nilai 1 dollar Singapore = 6.800 rupiah. Ternyata lebih murah kalau tukar di Batam, 1 dollar = 6.720 rupiah. Lumayan selisih 80 rupiah apalagi kalau dikali 1juta.Perjalanan wisata di Singapore bagi pelancong dan turis "nyebrangan" secara kagetan memang sebaiknya mengandalkan jasa travel wisata. Biaya yang harus dikeluarkan lebih terukur, kecuali kalau sudah punya pengalaman dan ngerti route. Rombongan kami yang jumlahnya 12 orang menggunakan jasa turis, pakai 2 mobil. Secara patungan aku bayar 26 dollar Singapore untuk paket wisata
Perjalanan dilanjutkan menuju Mustafa Center, tempat yang sering direkomendasikan di banyak situs sebagai surga belanja termurah di Singapura. Murah? kalau dibanding dengan harga barang-barang sejenis di Nagoya Batam sepertinya berimbang
saja. Mungkin malah lebih murah di Glodok Jakarta. Lepas dari situ sudah jam 12.30 waktunya pergi ke rumah makan Minang yang terletak di Muscat Road, Malay Village, dekat sebuah mesjid, sayang aku lupa namanya. Satu prosi makanan khas Padang disini rata-rata 4 dollar, lumayan sedap apalagi kalau sedang lapar dan sudah ikut antrian yang kebanyakan orang-orang Malaysia dan Indonesia.Selanjutnya kami ke Kampung Bugis. Tetapi jangan berharap bertemu dengan saudagar Bugis. Tetap saja pedagangnya kebanyakan keturunan India dan keturunan China. Kita bicara dengan mereka dalam bahasa Inggris. Ah. itu juga nggak perlu, yang penting bisa ngomong "How Much?" dan bisa ngitung konversi dollar Singapore ke Rupiah sudah cukup, kok. Disini aku ketemu Becak Singapore. Canggih, mengkilap, pakai Sound System dengan MP4 Player dan Portable Game SP2. Drivernya keturunan China masih muda telinganya bertindik dan pakai badge pengenal.
Satu hari perjalanan ternyata benar-benar hanya cukup buat observasi doang. Memang paling baik bila kita sediakan waktu (dan uang) yang cukup untuk merasakan lebih jauh seperti apa sebenarnya negeri wisata seperti Singapore ini. Sambil terapung-apung kembali ke Batam pada jam 19.30 waktu Singapore, aku berkesimpulan bahwa sebenarnya tidak banyak bedanya dengan Batam. Kedua tempat itu sama-sama diisi dengan jenis-jenis mobil mewah.
Kalau di Singapore diisi dengan mobil seri keluaran baru, Batam diisi dengan mobil seri keluaran lama bekas orang singapore... Sama-sama bisa makan di pinggir jalan, bedanya Singapore bebas debu, Batam makan debu. Jalanan sama-sama lebar, cuma beda di marka jalan doang. Batam jarang ada marka jalannya! Saran nih, kalau habis pulang dari Singapore dan singgah di Batam, jangan bandingkan kedua tempat ini.








0 Comments: