Karena urusan tugaslah akhirnya aku harus menginjakkan kaki di Peninsula Island. Kedengarannya sebuah pulau asing di negeri entah dimana. Nyatanya itu hanyalah sebuah "gundukan kecil berkarang yang sedikit lebih besar dari Pulau Tukung di dekat Pelabuhan Semayang Balikpapan tetapi lebih kecil dari gundukan endapan lumpur di tengah alur Sungai Mahakam yang dinamai Pulau Kumala". Kalau dalam bahasa resmi kita namanya Pulau Besar di Nusa Dua-Bali (lihat monumet at nusa dua - Google Earth).
Kelihatannya keren. Dengan alasan menjadi penggembira pada parallel event di Conference of Parties 13 (COP-13) UNFCCC 2007 (atau sebut saja konvensi perubahan iklim) aku berada di suatu lingkungan elit yang didekatnya ada Hotel dengan tarif semalam yang sanggup buat nyicil mobil baru. Tetapi sesungguhnya yang terjadi tidak seperti yang mungkin terbayangkan. Untuk bisa masuk ke Nusa Dua saja "
setidaknya kita harus melalui pos pemeriksaan yang luar biasa, yang menurutku standar pemeriksaannya sedikit membuat rasa kebangsaanku tersinggung. Bagasi diperiksa, pintu dibuka, kolong mobil dikamera, akibatnya antrian memanjang. Ngalah-ngalahin kalo mau masuk plaza yang habis kena ancaman bom.
Mungkin prosedur ini hanya akibat penyelenggaraan UNFCCC saja. Paranoid karena bom bali? bisa jadi.
Lantas untuk bisa masuk ke Pulau Besar para tamu harus memakai wristband, semacam tanda pengenal dengan barcode yang dipasang melingkar di lengan. Beruntung aku dapat ID Card, jadi nggak perlu beli wristband harian yang harganya Rp.15.000,- atau wristband terusan yang harganya Rp.75.000,-
You see, this is my country. Tapi kudu bayar untuk nginjakkan kaki di tanah sendiri.
Urusan nginap lain lagi. Rakyat jelata dengan penghasilan seperti aku mana sanggup bayar hotel di Nusa Dua. Akhirnya aku pilih nginap bareng turis-turis kere di daerah Legian. Itu berarti setengah jam perjalanan bermobil ke tempat kegiatan. Maka setiap hari kalau aku berangkat dari penginapan menuju lokasi pasti melewati tempat yang dulu di bom sama Amrozi (masih hidup kok tuh orang....). Terima kasih Amrozi, karena obyek wisata di Bali bertambah lagi.
Kalau malam, di sekitar Legian masih mudah ketemu diskotek atau bar terbuka kelihatan dari tengah jalan yang penuh dengan bule joget. Bila larut malam di beberapa lorong-lorong gangnya sejumlah bule duduk dengan "guide" sampai pagi. Mungkin ini memang turis kelas kere.
OK. Back to topic.
Namanya saja Climate Change Conference. Jadi Cool Energy Exhibitionnya diset diruang terbuka dengan tenda tanpa AC !! Aku bukan bule-bule yang kulitnya berwarna - warni (bisa putih pucat kalo takut, bisa merah kalo marah, bisa biru kalo dibenjolin, bisa coklat karena kejemur, bisa abu-abu....) kulitku asli coklat seperti kebanyakan bangsa indonesia yang sehari-hari naik sepeda motor kepanasan. Walhasil, tambah gelaplah aku setelah seminggu barurusan dengan pulau tak berangin itu. Sumpah, acara itu tak seperti yang kubayangkan. Tidak ada delegasi negara lain yang nyelonong kesitu, Yang muncul cuma orang-orang penting lokalan. Termasuk Presidenku SBY.
Berhasil mem-foto beliau? seorang kawan bersusah payah untuk itu :
Salaman? kenapa tidak. Sekejap mucul perasaan betapa ternyata sangat mudahnya bersalaman dengan Presiden Republik ini. Terasa sedikit kasar telapak tangannya waktu kujabat. Mungkin dulu pernah pegang cangkul. Senyumnya masih kalah lebar dibandingkan dengan The Smiling General (Do'aku untuk beliau). Tapi senyumnya itu hangat. Aku merasa bahwa Presiden ini dekat dengan rakyatnya bila dibandingkan dengan The Smiling General. Setidaknya karena dulu dalam acara yang sejenis sekitar tahun 1995 aku pernah berada dalam jarak 10 meter dari The Smiling General dan belakangan setelah diberitahu teman, aku harus terima fakta bahwa aku ditempel terus oleh seorang intel. Mungkin karena tampangku yang konyol.
Tapi esoknya pikiranku terhadap Presiden itu berubah. Setelah sadar bahwa untuk bisa salaman, aku ternyata berada di tempat yang steril, sistem pengamanan yang berlapis, publik yang terkontrol..... Dan bule-bule yang nyelonong masuk ke lokasi acara (walau dia pake wristband) tetapi cuma pake CD doang!! well, you know ini tempat dimana patung disarungin, orang ditelanjangin.
Di hari-hari terakhir acara aku masih sempatkan untuk ber-turis ria ke pusat-pusat souvenir. Bangsa kita memang kreatif. Tanda ekonomi masyarakat terus bergeliat menyongsong Visit Indonesia Year 2008. Banyak cinderamata dan kerajinan yang dibuat. Ada yang unik, antik, cita rasa tinggi dan nyeleneh....
Barang legal yang dijual diseluruh pelosok bali. Selegal itu pula foto ini terpasang.
Sebuah kesan tersendiri dari perjalananku kali ini.
Seperti juga kesan seorang bule yang pernah singgah ke Bali....
check this out :
http://www.youtube.com/watch?v=q4j0Hg8eFsc
Begitu pula sampai hari ini rasa jabat tangan itu masih meninggalkan kesan. Mungkin kesan yang terus tersimpan sampai nanti saat masuk bilik TPS. Entahlah.