Memaki PLN

Apa yang lebih menjengkelkan dari situasi gagal upload? maksudku sebuah situasi dimana sebuah file besar yang sudah separoh upload....dan gagal.
Jawabanku adalah listrik yang mati-hidup-mati.
Tetapi sesungguhnya hikmah besar dari situasi sontoloyo itu adalah bahwa dalam satu bulan ternyata aku bisa hemat dalam pemakaian listrik, setidaknya 30 jam sebulan.
Hitung sendirilah kalau lamanya waktu setiap kali listrik padam adalah 6 jam (bukan byar pet byar pet kayak kompor kehabisan gas), dan dalam sebulan ada 5 hari dengan jatah mati listrik. Pasti lumayan hemat.


Seorang kawan yang istrinya super teliti ternyata menghitung bahwa rata-rata pemakaian listrik dirumahnya yang punya barang elektronik "lengkap" seperti mesin cuci, kulkas, tv, dispenser, rice cooker, kipas angin dan AC, mengkonsumsi daya 5Kwh perhari. Itu berarti dalam satu bulan pemakaiannya adalah 150Kwh.
Lantas karena ada "program hemat listrik" yang diwujudkan dengan acara byar-pet, maka pemakaiannya sebulan menjadi sekitar katakanlah 140Kwh. Yah lumayan baguslah... dipaksa hemat 10Kwh.
Seorang kawan yang lain malah sibuk menggerutu, dalam seminggu di tempatnya bisa kena jatah mati listrik 2 kali dan itu pada jam kerja. Dan ia harus menghidupkan Genset. Maka dimaki-maki nyalah PLN. Artinya dalam sebulan ia mengeluarkan makian 8 kali. Kalau 0,1% orang dalam satu kota yang penduduknya 500.000 punya cara yang sama untuk memuntahkan kekesalan dengan cara memaki-maki, maka itu berarti ada 500 orang mengeluarkan kata-kata makian dalam satu waktu..... Untunglah faktanya tidak begitu...
Karena yang sesungguhnya mungkin 10% yang memaki-maki... ha...ha....
Belakangan kawanku yang ikut "program hemat listrik" ikut-ikutan memaki-maki. Gara-garanya ia nonton berita di TV yang menceritakan rencana perubahan tarif listrik dengan program insentif dan disinsentif. Dia rupanya terlalu optimis bahwa dengan program baru itu maka listrik tidak akan pernah pet lagi. Sehingga dalam hitungannya pemakaian listrik di rumahnya menjadi 150Kwh dalam sebulan, naik 10Kwh. kalau rata-rata pemakaian terdahulu yang jadi patokan berarti 140Kwh/bulan, maka dia harus berhemat menjadi 80%X140Kwh/bln=112Kwh maksimum pemakaian per bulan. Lha kalau yang dihitung 150Kwh, artinya ia harus hemat menjadi 120Kwh maksimum pemakaian per bulan.
Lah? lalu persoalanmu dimana?
Dia jawab bahwa rasa-rasanya sudah setahun ini dia menikmati byar pet itu. Nah, kalau listriknya byar terus, artinya dirumahnya bakal sebulan penuh bisa menikmati listrik. otomatis konsumsi listriknya kembali normal seperti zaman dahulu. Dan dia yakin bakal kena disinsentif terus. Dia merasa ini akal-akalan PLN untuk menaikkan tarif listrik.
Yah, memaki-maki PLN lah ia.
Karena pusing dengar ocehan dan makiannya, akhirnya kukasih saran saja,
Berharap sajalah listrik tetap byar pet, biar kamu dapat insentif.
Nggak bisa, katanya. Karena semua takut disinsentif, pasti semua pada berhemat dan akhirnya liastrik byar terus. Apa lagi dia yakin kalau dengan calon Gubernur Kaltim yang baru punya komitmen soal listrik. Pasti listriknya sebentar lagi byar terus. Lalu ia mulai memaki-maki lagi.
Aku jadi jengkel juga. Terus akhirnya sekalian saja aku bilang, nanti listriknya bakal byar terus, tetapi suplaynya bakal dikelola swasta dan harga per Kwhnya bakal lebih mahal. Kayak Tarakan.
Yah, memaki-maki PLN lah dia.....
Kupikir-pikir apa urusanku dengan PLN? memaki lah kau.... aku nggak ikut-ikut.

1 Comment:

Arnold Lbn Gaol said...

jika tidak ada lagi tempat mengadu, DPR ga bisa, presiden ga bisa. Memaki memang mujarap jd obat depresi..