Stadion Palaran stadion impian, stadion Segiri stadion kenangan

Setiap kali melewati jalan Kusuma Bangsa di Samarinda, selalu saja aku teringat masa-masa ketika dahulu pertamakali belajar berenang, latihan Pramuka, jadi tempat nongkrong dan nge Gank, pawai 17an, sampai shalat Ied. Semuanya terasa begitu saja melintas dalam ingatan ketika aku memandang areal Gelora Segiri atau yang sering disebut Sport Hall itu.

Bagiku Sport Hall memang memberikan kesan sebuah aktivitas luar biasa dari masyarakat Samarinda. Tapi apakah Sport Hall juga memberikan kesan luar biasa bagi semua?
Bagi orang yang baru merasakan kehidupan pada 10 tahun terakhir ini di Samarinda mungkin tidak punya kesan seperti yang kurasakan. Sama seperti ketika secara terpaksa aku akhirnya bisa melihat sendiri seperti apa pembangunan Komplek Stadion Utama Palaran yang katanya menelan dana 1 triliun Rupiah itu. Entah mengapa, tidak ada sedikitpun rasa bangga melintas dalam hati.

Kawan saya yang jarang-jarang bisa ke Samarinda malah terkagum-kagum, bukan main megahnya, katanya. Bakal hebat, luar biasa dan komentar kekaguman lainnya keluar begitu saja dari mulutnya ketika kami menyusuri jalan panjang masuk ke Kompleks Stadion itu. Sungguh, aku cuma bisa membayangkan jalan panjang itu pada tahun 2009 nanti bakal jadi arena kebut-kebutan saja bagi anak muda Samarinda.


Kompleks luar biasa ini pasti jadi arena PON XVII yang luar biasa. Pasti nantinya menelan biaya perawatan tahunan yang bakal lebih luar biasa. Serta manajemen pengelolaan yang juga luar biasa. dan.......... atlet-atlet yang biasa-biasa saja. Atau, begini, kita optimis sajalah, kalau Stadion itu nantinya malah bakal memunculkan atlet-atlet baru seperti Kawanku Abdul Kahar MIM, Supriadi dan lain-lain? Atau, rasional sajalah, ada gula ada semut. Gulanya Stadion, semutnya datang dari berbagai Propinsi : Atlet-atlet instan yang dihujani bonus. Kita jadi supporter saja, duduk di tribun kelas Festival sambil teriak-teriak.


Listriknya nanti bagaimana, ya? tanya kawanku yang satu lagi. Rupanya dia terlalu membayangkan yang susah-susah. Harus ada genset besar yang biaya operasinya memerlukan ratusan liter solar per hari, katanya. Seharusnya dia optimis dan sadar kalau pada saat pelaksanaan PON ini di bulan Juli nanti adalah setelah pesta Pemilihan Gubernur Kaltim di bulan Mei 2008. Gubernur yang baru pasti sudah bisa menjamin nggak akan ada mati listrik. Cling.... instan dalam 2 bulan saja.
Eh, dia bilang, mungkin malah bertanya, kenapa membangun sarana sebesar ini dan dengan biaya luar biasa ini bisa saja? tetapi kalau membangun jembatan dan jalan yang jelas-jelas bakal membuka akses bagi perekonomian masyarakat kok lebih sulit? berapa banyak selisihnya bila dibandingkan dengan membangun jembatan Mahkota II? berapa banyak selisihnya bila dibandingkan dengan membangun Jembatan Pulau Balang? Kenapa tidak merenovasi Stadion Gelora Segiri saja? Apa yang di Sempaja itu tidak cukup? Seberapa maal dibanding pembangunan Lapangan Terbang di Samarinda?
Kawan, nanti pada saat pelaksanaan ada banyak tamu yang datang, bisa jadi 150.000 orang. Kalau tiap orang dari para tamu itu membelanjakan uangnya 10juta selama di Kaltim, coba lihat, Kaltim mendapat pemasukan 1,5trilyun. Nah, pemasukan itulah yang akan dipakai membangun jalan dan sarana lainnya. Obyek wisata di Kaltim juga bakal lebih cepat dikenal se Nusantara. Intinya begitulah....
Lalu, kapan jembatan Pulau Balang dibangun? wah, ingat kampung dia.
Ya, nanti kan Gubernur yang baru bakal merampungkan itu. Apes-apesnya kalau terlanjur janji sana janji sini, yah, areal Stadion Segiri dijual saja buat pembangunan Plaza dan perhotelan. Kan sudah ada Stadion yang baru ini. Terus uangnya dipakai membangun jembatan impianmu itu. Jawabku sekenanya sambil memutar balik kendaraan keluar dari komplek stadion Palaran, pulang ke Balikpapan.


1 Comment:

persib said...

ko stadionnya jarang di pake sama persisam mas ??
padahal saya pengen liat live dari tv