Aspek Produksi Petis Udang

Limbah udang / kepala udang dapat diolah dan merupakan bahan baku pembutan petis salah satu produk industri kecil yang telah banyak dikenal dan makin digemari oleh masyarakat kita, maka untuk memenuhi kebutuhan konsumen perlu kiranya diimbangi dengan usaha–usaha peningkatan produksi dan mutu yang baik. Di banyak daera di Indonesia khususnya di provinsi Kalimantan Timur, produksi udang makin meningkat, baik hasil tangkapan nelayan di laut, sungai, maupun hasil budidaya tambak.
Limbah kepala udang sebagian besar belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Untuk mengoptimalkan manfaat dan nilai ekonomis dari limbah udang tersebut, maka dalam uraian ini akan dijelaskan cara pengolahan petis, aspek teknis, aspek ekonomis dan keuangan. Melihat peralatan yang digunakan sangat sederhana serta modal yang relatif kecil, maka usaha ini dapat dilakukan oleh masyarakat nelayan dipedesaan.
Jika diasumsikan kita akan berproduksi dengan kapasitas produksi petis udang 16 kg perhari atau 4800 kg/th, dengan hasil 48.000 pak (botol)/tn (1 pak = 1/10kg), maka bahan baku dan bahan penolong yang dibutuhkan adalah 15 kg kepala udang (5 kg babonan petis), 16 ons garam, 8 kg tepung tapioka, 16 kg gula pasir, dan bahan pewarna secukupnya / hari. Ini akan menghasilkan 16 kg petis udang. dan kerusakan diasumsikan 10%, sehingga yang dapat dijual hanya 90% saja.
A) Bahan Baku dan Bahan Penolong
Bahan baku utama industri pengolahan petis adalah limbah yang berupa kepala udang, rinciannya adalah :

No
Jenis
Kebutuhan
Satuan
1
 Kepala Udang
15
Kg
2
 Gula Pasir
16
Kg
3
 Air
7.5
Liter
4
 Bawang Putih
20
Kg
5
 Garam ber Yodium
16
Pak
6
 Kantong Plastik
1
Pak
7
 Tepung  Tapioka
8
Kg
8
 Minyak Tanah
10
Liter

B) Peralatan yang digunakan
Peralatan yang digunakan jumlahnya tergantung dari besar kecilnya usaha yang akan dilaksanakan. Jenis peralatan yang digunakan antara lain :

No
Jenis
Kebutuhan
Satuan
1
 Panci / wajan
4
Buah
2
 Baskom Plastik
4
Buah
3
 Ember Plastik
4
Buah
4
 Gilingan Udang
1
Buah
5
 Saringan
4
Buah
6
 Pisau
4
Buah
7
 Sendok
4
Buah
8
 Timbangan
2
Buah
9
 Plastik sealer
1
Buah
10
 Kompor
2
Buah

C) Proses Produksi / Pegolahan
Sebenarnya proses pembuatan petis ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap pembuatan babonan petis dan tahap pembuatan petis.
C.1 Proses pembuatan babonan petis
1) Pencucian
Bahan mentah (kepala udang) harus dicuci bersih. Pencucian tidak bersih akan memberikan kesempatan berkembangnya bakteri pembusuk pada bahan mentah yang diolah, sehingga produk yang dihasilkan akan mempunyai mutu rendah.
2) Penumbukan / penggilingan
Penumbukan / penggilingan dimaksudkan untuk mendapatkan udang yang sebanyak–banyaknya. Penumbukan yang halus selain berpengaruh pada jumlah sari juga terhadap hasil babonan.
3) Penyaringan/pemerasan
Penyaringan/pemerasan dimaksudkan untuk memisahkan antara sari dan ampasnya.
4) Pengentalan
Sari udang yang diperoleh dari hasil penyaringan, kemudian dimasak sampai kental. Hasil yang diperoleh ini disebut babonan petis. Proses pengentalan ini dapat juga ditambah gula.
Secara umum bagan proses pembuatan babonan petis sbb :
  •  Kepala udang
  •  Penumbukan/Penggilingan
  •  Penyaringan/pemerasan
  •  Pengentalan
  •  Babonan petis.
C.2 Proses pembuatan Petis
Proses pembuatan Petis
Perbandingan bahan adalah sebagai berikut :
Babonan : Gula : Garam : Tepung : Air = 3 : 10 : 1 : 5 : secukupnya
1) Membuat Larutan Gula dan Garam
Gula dan garam dimasukkan ke dalam air secukupnya sampai semua garam dan gula larut.
2) Membuat Adonan
Tepung dilarutkan dengan sedikit air, kemudian dimasukkan ke dalam larutan garam dan gula tadi.
3) Pencampuran dan Pemasakan
Sambil adonan dipanaskan dan diaduk terus, babonan petis dimasukkan. Pemanasan dilakukan sampai campuran/adonan tersebut mengental.

Hal-hal yang harus diperhatikan.
  • Tepung yang digunakan sebaiknya tepung gaplek sebab nilai kalori, Karbohidrat kadar protein dan kadar lemaknya lebih tinggi dari pada tepung onggok.
  • Tepung tersebut dimasak dengan air terlebih dahulu, kemudian dibiarkan selama 3 hari baru ditambahkan pada pembuatan petis yang akan diolah.
  • Dianjurkan kadar gula dalam petis minimum 45%, sebab fungsinya sebagai bahan pengawet.
  • Pemakaian garam hendaknya garam beryodium.
  • Makin banyak babonan petis yang digunakan akan makin mempertinggi kadar protein dalam petis.
D). Pencegahan Pencemaran Lingkungan.
Limbah bahan baku berupa kulit udang dan lain-lain, dibuang ke dalam sebuah lubang sedalam 20 m, dengan panjang 2 m x 2 m. Bila lubang tersebut telah penuh, ditutup kembali dengan tanah kemudian dibuatkan lagi lubang serupa. Dengan demikian tidak terjadi pencemaran lingkungan akibat adanya usaha ini. Daging udang dapat diolah kembali sedemikian rupa menjadi kerupuk udang.